Sunday, June 7, 2009

Imaginasi si Gathutkaca

Ayahku ajak aku ke padang desa, tempat biasa aku bermain bola dari lempung menentang kampung sebelah, gigih betul hendak menjulang juara walaupun hanya juara kampung.
Hari itu istimewa bagi kami anak2 kampung, ada hiburan murah meriah yang boleh menghilang kan guni2 berisi masalah dan bencana kecil yang nancap sahaja di bahu kami, capek. Hiburannya bukan fun fair, bukan konsert rock atau dangdut. Cukup setakat wayang kulit bagi anak kampung seperti kami, toh wayang kulit kayaknya susah dibuat dan dimainkan, coba siapa sahaja yang bisa.?
Aku pakai sandal warna biru putih yang di beli di toko sebelah rumah, bapak pakai kasut kulit berusia sedekad. Kami siap pakai wangi2 lagi, menarik setiap yg mencium. Aku pasti ada alasan yang kukuh : hendak menarik teman2 wanita. kalau bapak?
Kami naik ojek. Bising asalkan murah sudah cukup, nanti banyak barang yang hendak di beli : kacang rebus, mainan yang murah2 saja untuk adik yang setia menunggu di rumah, dan pesanan Ibu yang sedang ngidam, mangga muda, kalau ada.
Hati aku berbunga betul dengan berbagai bunga yang bahagia melihat kemeriahan padang desa, mungkin tak cukup meriah bagi mereka yang pernah ke Bukit Bintang, Stasiun Senayan, KLCC ataupun Jalan Malioboro di petang hari. Bagi aku inilah riot yang bisa bikin pecah kepala, memusing roda2 ferris imaginasi.
-------------------------------------------------
Gathutkaca mendarat di depan aku. Takut sekali, bukan takut kebengisannya tapi takut malu dengan gathutkaca, kisah turun temurun rakyat jelata orang kampung. Aku mendekat dengan langkah gementar.
'Piye kabare?' sepi tanpa jawapan.
'Long time no see." hanya senyuman sungging Gathuhtkaca.

Pusing betul dibuatnya. Tiba2 angin malam bertiup kuat para sinden dan pemain2 wayang entah hlang kemana ditiup angin, hanya aku yang kuat betul masih berdiri di situ, bersama Gathutkaca. Penjual2 yang mengadu nasib di waktu malam juga lenyap bersama barang2 mereka. betul2 hanya aku, Gathutkaca dan padang desa, di waktu malam.

Aku tak tau mau senang atau risau. yang pastinya takut, tak terjangka jadi begini.
Garang betul wajah Gathutkaca, mata seperti terkeluar dan gigi taring yang luar biasa.
Gathutkaca mendekat ke arah anak kampung ini yang tak tau nak berbuat apa.
Hanya menjerit melihat wajah ngerinya.


hu ha hu ha hu ha.. tercungap2 aku dibuatnya..Gathutkaca hilang yang ada hanya aku, bapak, sinden2, penjual2 malam dan padang desa. Sepertinya acara wayang belumpun bermula......

No comments:

Post a Comment